TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PERILAKU KEKERASAN

       I.           
Latar Belakang
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk diskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus gangguan perilaku kekerasan mempunyai masalah yang dapat menyebabkan klien menjadi marah-marah, agresip, curiga pada oang lain dan bahkan dapat melukai diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Therapy Aktivitas Kelompok (TAK) klien dengan gangguan  perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti therapy ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain.
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).

    II.            Tujuan
2.1  Tujuan Umum
Tujuan umum terapi aktivitas kelompok perilaku kekerasan adalah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh perilaku kekerasan.

2.2 Tujuan Khusus
-        Sesi 1
1.      Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
2.      Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah)
3.      Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan)
4.      Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
-        Sesi 2
1.      Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
2.      Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
3.      Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
-        Sesi 3
1.      Klien dapat mengngkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa
2.      Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakir hati tanpa kemarahan
-        Sesi 4
1.      Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur
2.3  Tujuan saat ini
-        Sesi 1
1.      Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
2.      Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah)
3.      Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan)
4.      Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
-        Sesi 2
1.      Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
2.      Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
3.      Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.

 III.            Landasan Teori
a.      Definisi perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang, yang ditunjukan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverba, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologi (Berkowitz, 2000).
b.      Tanda dan gejala
1.      Fisik
a)      Muka merah dan tegang
b)      Mata melotot / pandangan tajam
c)      Tangan mengepal
d)     Rahang mengatup
e)      Wajah memerah dan tegang
f)       Postur tubuh kaku
g)      Pandangan tajam
h)      Mengatupkan rahang dengan kuat
i)        Mengepalkan tangan
j)        Jalan mondar – mandir
2.      Verbal
a)      Bicara kasar
b)      Suara tinggi, membentak atau berteriak
c)      Mengancam secara verbal atau fisik
d)     Mengumpat dengan kata – kata kotor
e)      Suara keras
f)       Ketus
3.      Perialku
a)      Melempar atau memukul benda / orang lain
b)      Menyerang orang lain
c)      Melukai diri sendiri / orang lain
d)     Merusak lingkungan
e)      Amuk / agresif
4.      Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5.      Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6.      Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar .
7.      Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8.      Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
c.       Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
d.            Penyebab Perilaku Kekerasan
Menurut (Stearen, 2008) kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
1.      Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/ keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
2.      Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.
e.       Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan
Keliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga dalam mengatasi marah klien yaitu :
1.   Tindakan Keperawatan
a. Berteriak, menjerit, dan memukul.
Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak seperti bantal, kasur
b. Cari gara-gara.
Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga, Latihan pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas.
c.   Bantu melalui humor.
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.
2.   Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.


 IV.            SESI-SESI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
-        Sesi 1
1.      Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
2.      Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah)
3.      Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan)
4.      Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
-        Sesi 2
1.      Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
2.      Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yand dapatr mencegah perilaku kekerasan.
3.      Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.

    V.            KRITERIA KLIEN
Klien sebagai anggota yang mengikuti terapi aktivitas kelompok ini adalah :
·      Klien yang tidak gelisah.
·      klien tenang dan kooperatif ( tidak mengganggu berlangsungnya terapi aktifitas  ini bisa dibicarakan dalam tata tertib Kelompok )
·      Kondisi fisik dalam keadaan baik
·      Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas
·      Klien yang dapat membaca dan menulis  
·      Klien yang tidak mengalami kelainan penglihatan
 VI.            URAIAN STRUKTUR KELOMPOK
6.1 Tempat dan Waktu
Therapy Aktivitas Kelompok ini dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal               : Jumat, 13 September  2013
Waktu                          : 13.00 wib
Tempat                        : Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
6.2 Pengorganisasian
            6.2.1 Jumlah dan Nama Klien
Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 4 orang. Adapun nama-nama klien yang mengikuti TAK yaitu :
Klien peserta TAK :
1.     Ny. Nurjanah
2.     Ny. Imas
3.     Ny. Lilis
4.     Ny. Eli
5.     Ny. Neng
6.2.2 Leader dan Uraian Tugas
Leader : Centika Cahya Mughni
Tugas :
1.     Memimpin jalannya therapy aktifitas kelompok.
2.     Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya therapy.
3.     Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
4.     Memimpin diskusi kelompok.
6.2.3         Co Leader dan Uraian Tugas
Co Leader  : Lilis Nina
Tugas :
1.            Mendampingi leader jika terjadi blocking
2.            Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
3.            Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
            6.2.4 Fasilitator dan Uraian Tugas
.                             Fasilitator 1     : Andri Nur Fajar
Fasilitator 2     : Desi Berliantini
Fasilitator 3     : Marselinawati
Fasilitator 4     : Laura Pricilia
Fasilitator 5     : Rusdi

Tugas :
1.    Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
2.    Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif mengikuti  jalannya therapy.
6.2.5 Observasi dan Uraian Tugas
Observer   1    : Cep Yusuf
Observer   2    : Desu Gunawan
Observer   3    : Ida Permata Sari
Observer   4    : Tantri
Tugas :
1.   Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia)
2. Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga penutupan.
6.3  Langkah-Langkah
1.      Persiapan
a.       Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perilaku kekerasan
b.       Membuat kontrak dengan klien.
c.       Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2.      Orientasi
a.       Salam terapeutik.
1)      Salam dari terapis kepada klien.
2)      Perkenalkan nama dan panggilan semua terapis (beri papan nama)
3)      Menanyakan nama dan panggilan semua klien (berpapan nama )
b.      Evaluasi Validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c.       Kontrak
1)      Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu : mengetahui penyebab kemarahan dan cara melaksanakan kegiatan fisik yang bisa dilakukan klien.
Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut :
a)      Jika ada klien yang ingin meninggalakan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
b)       Lama kegiatan 20 menit
c)      Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3.      Tahap Kerja
a.       Mendiskusikan penyebab marah
1.      Tanyakan pengalaman tiap klien
2.      Tulis di papan tulis / lembar balik
b.      Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab marah sebelum prilaku kekerasan terjadi.
1.         Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala)
2.         Tulis di papan tulis/lembar balik
c.       Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak lingkungan, mencederai/ memukul orang lain, dan memukul diri sendiri)
1.    Tanyakan prilaku yang dilakukan saat marah
2.    Tulis di papan tulis atau lembar balik
d.  Membantu klien memilih salah satu prilaku kekerasan yang paling sering dilakukan untuk diperagakan.
e.  Melakukan bermain peran atau simulasi untuk prilaku kekerasan yang tidak berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan prilaku kekerasan)
f.   Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi
g.   Mendiskusikan dampak atau akibat prilaku kekerasan
1. Tanyakan akibat prilaku kekerasan
2. Tuliskan di papan tulis/lembar balik
3. Memberikan reinforcement pada peran serta klien
4. Dalam menjalankan a sampai g, upayakan semua klien terlibat
5. Beri kesimpulan penyebab tanda dan gejala prilaku kekerasan dan akibat prilaku kekerasan
4.      Tahap Terminasi
a.       Evaluasi
1)      Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2)      Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b.      Tindak Lanjut
1)      Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu tanda dan gejala perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan
2)      Terapis menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan
c.       Kontrak yang akan datang
1)      Menyepakati, belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan
2)      menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya
5.      Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.Aspek yang dievaluasi adalah kemempuan klien dengan tujuan TAK.Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan.Formulir evaluasi sebagai berikut :










Sesi 1 TAK
Stimilasi perilaku Kekerasan
Kemampuan Psikologi
No.
Nama klien
Penyebab PK
Memberi Tanggapan Tentang
Tanda & gejala PK
Perilaku kekerasan
Akibat PK
Mempraktekkan cara mengontrol PK dengan nafas dalam
1.
2.
3.
4.
5.

Petunjuk :
  1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
  2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas dalam. Beri tanda + jika mampu dan beri tanda - jika tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemempuyan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien.Contoh: Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi perilaku kekerasan.Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya( disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam. Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di rumah sakit.

Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
Tujuan
1.      Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien.
2.      Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan
3.      Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
Setting
1.      Terapis dan klien duduk bersama membentuk segi empat
2.      Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1.      Bantal
2.      Sound musik
3.      Papan tulis
4.      Buku catatan dan pulpen
5.      Jadwal kegiatan klien
Metode
1.      Dinamika kelompok
2.      Diskusi dan tanya jawab
3.      Kuis
Langkah kegiatan
  1. Persiapan
a.         Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1
b.        Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
  1. Orientasi
            a.         Salam terapeutik
1.      Salam dari terapis kepada klien.
2.      Klien dan terapis pakai papan nama
            b.        Evaluasi validasi
1.      Menanyakan perasaan klien saat ini
2.      Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.
c.         Kontrak
1.      Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
2.      Menjelaskan aturan main berikut.
·   Klien Bersedia mengikuti TAK
·   Berpakaian rapi dan bersih
·   Peserta tidak doperbolehkan makan,minum atau merokok selama pelaksanaan TAK
·   Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapi
·   Lama kegiatan 30 menit
·   Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3.      Tahap kerja
Melakuakan pemilihan peserta yang akan di lakukan tahap kerja dengan permainan sederhana yaitu diputarkan musik,kemudian klien memutar bola yang di pegang,bila musik di hentikan dan ada peserta TAK yang masih memegang bola berarti dia adalah peserta yang terpilih untuk dilakukan tahap kerja selanjutnya.
a.         Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasanya dilakukan oleh klien.
1.      Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa silakukan oleh klien.
2.      Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard
b.       Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main bola, senam, memukul gendang.
c.        Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
d.        Bersama klien mempraktekan dua kegiatan yang dipilih.
1.      Terapis mempratekkan
2.      Klien melakukan redemontrasi.
e.         Menanyakan perasaan klien setelah mempraktekan cara penyaluran kemarahan.
f.         Upayakan semua klien berperan aktif.

4. Tahap terminasi
            a. Evaluasi
1.      Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2.       Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan.
3.      Memberitahukan kemajuan masing – masing klien dalam mencapai hasil tiap sesi
            b. Tindak lanjut
1.     Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika stimulus penyebab perilaku kekerasan.
2.      Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah dipelajari.
3.      Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
            c. Kontak yang akan datang
1.      Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang asertif.
2.      Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
5. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang di harapakan adalah dua kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi sebagai berikut:









Sesi 2:
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik
No
Nama klien
Mempraktekkan cara fisik yang pertama
Mempraktekkan cara fisik yang kedua
1.
2.
3.
4.

Petunjuk :
  1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
  2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2 cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda
 Jika klien mampu dan tanda
T  Jika klien tidak mampu

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi belum mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu klien mempraktekkan di ruang rawat ( buat jadwal)







DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna & Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa, Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta : EGC..

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama








BACA JUGA artikel berikut:

Naruto Shippuden Subtitle Indonesia Episode 321,322,323,324,325