Senam lansia merupakan bagian dari latihan fisik. Latihan fisik adalah
segala upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan kondisi
fisik lansia. Senam Lansia adalah
satu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik terhadap tingkat
kemampuan fisik manusia, bila dilaksanakan dengan baik dan benar. Senam atau
latihan fisik sering diidentifikasi sebagai suatu kegiatan yang meliputi
aktifitas fisik yang teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu. Senam
merupakan bagian dari usaha menjaga kebugaran termasuk kesehatan jantung dan
pembuluh darah, dan sebagai bagian dari program retabilitas bagi mereka yang
telah menderita
Kebugaran
jasmani (Physical fitnes) adalah
suatu aspek fisik dari kebugaran menyeluruh (Total fitnes). Secara umum telah diketahui bahwa latihan fisik
(senam) sangat membantu meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran baik
jasmani maupun rohani. Peningkatan derajat kesehatan tersebut dapat dikaji
melalui berbagai aspek kesehatan masyarakat baik segi promotif,
prefentif, kuratif maupun rehabilitatif. Setiap orang mempunyai kapasitas
tertentu dalam melakukan latihan fisik (Depkes, RI, 1993). melakukan senam
lansia secara teratur dapat memperlambat kehilangan fungsional dan meningkatkan
imunitas dalam tubuh. serta mengantisipasi agar para lansia tetap sehat,
sejahtera, dan mandiri. sehingga tidak menjadi beban berat keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara, serta dapat mengurangi kecemasan atau stress
yang dihadapi lansia terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya.
Jenis-jenis
senam lansia yang biasa diterapkan, meliputi :
1.
Senam kebugaran lansia
2.
Senam otak
3.
Senam osteoporosis
4.
Senam hipertensi
5.
Senam diabetes mellitus
6.
Olahraga rekreatif/jalan santai.
Semua
senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk menghambat
proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang
memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas).
B.
Tujuan Dari Latihan Fisik (Senam)
Tujuan dalam kegiatan ini adalah
agar kesehatan dan kebugaran jasmani menjadi lebih baik.
Untuk menjaga tubuh dalam keadaan sehat dan aktif untuk membina dan
meningkatkan kesehatan serta kebugaran kesegaran jasmani dan rokhani.
Tujuan lain adalah: Memperbaiki pasokan oksigen
&proses metabolism.
·
Membangun kekuatan dan daya tahan.
·
Menurunkan lemak.
·
Meningkatkan kondisi otot dan sendi.
C.
Manfaat
Senam
1. Sebagai
Pencegahan
Pada usia 40
tahun keatas senam sangat baik untuk mengatasi proses-proses degenerasi tubuh.
Setelah umur 40 tahun ternyata olahraga yang bersifat endurance sangat baik
untuk mengatasi proses degenerasi tubuh, sehingga orang akan kelihatan lebih
muda. Kekurangan gerak juga menyebabkan otot dan tulang tidak tumbuh dengan
baik, otot yang lemah akan menyebabkan kelainan posisi badan yang nantinya akan
menjadi kelainan tulang.
2. Sebagai
Pengobatan (Kuratif)
Penyakit
yang dapat disembuhkan dan dikurangi dengan senam lansia adalah
kelemahan/kelainan sirkulasi darah, DM, kelainan infark jantung, kelainan
insufisiensi koroner, kelainan pembuluh darah tepi, thromboplebitis dan
osteoporosis.
3. Sebagai
Rehabilisasi
Dengan senam
yang baik akan mempengaruhi hal-hal sebagai berikut:
·
Memperkuat degenerasi karena telah
mengalami perubahan usia.
·
Mempermudah untuk menyesuaikan
kesehatan jasmani dalam kehidupan.
·
Fungsi melindungi yaitu memperbaiki
tenaga cadangan dalam bertambahnya tuntutan (sakit).
D.
Prinsip-prinsip
Olahraga pada Lansia
1.
Komponen kesegaran jasmani yang
esensial dilatih adalah :
Ø Ketahanan kardio-pulmonal.
Ø Kelenturan (fleksibilitas).
Ø Kekuatan otot
Ø Komposisi tubuh (lemak tubuh jangan berlebihan).
2.
Selalu memperhatikan keselamatan.
3.
Latihan teratur dan tidak terlalu
berat.
4.
Permainan dalam bentuk ringan
sangat dianjurkan.
5.
Latihan dilakukan dengan dosis
berjenjang.
6.
Hindari kompetisi-kompetisi.
7.
Perhatikan kontra indikasi
latihan:
Ø Adanya penyakit infeksi.
Ø Hypertensi sistolik lebih dari 180 mmhg dan 120 mmhg diastolic.
Ø Berpenyakit berat dan dilarang dokter.
Latihan fisik untuk usia lanjut diarahkan pada beberapa tujuan yaitu :
a.
Membantu tubuh agar tetap dapat
bergerak.
b. Secara lambat laun menaikkan kemampuan fisik.
c.
Memberi kontak psikologisblebih
luas agar tidak terisolir dari rangsang.
d. Mencegah cedera.
Oleh karena itu sesuai perubahan-perubahan fisik yang ada lebih
diarahkan pada:
a.
Perbaikan kekuatan otot.
b. Perbaikan stamina (aerobic capacity).
c.
Perbaikan fleksibilitas.
d. Perbaikan komposisi tubuh yang rasional ditambah dengan mempertahankan
postur yg baik
E.
Hal-Hal Yang Perlu
Diperhatikan Selama Kegiatan
1. Jika pada permulaan latihan merasa sesak nafas maka pada latihan mendatang
harus melakukan pemanasan yang lebih lama
2. Jika waktu latihan terasa tidak enak pada jantung, misalnya denyut nadi
mendadak naik atau turun maka anda harus mengurangi latihan terutama
mempengaruhi entensitas dan lamanya latihan
3. Jika merasa pusing pada waktu latihan keringat dingin berarti otak
mengalami kekurangan darah maka latihan harus dikurangi
4. Jika merasa mual atau muntah segera lakukan pendinginan
5. Jika sehari setelah latihan anda merasa terlau capek maka latihan
selanjutnya harus dikurangi intensitasnya
6. Jika merasa nyeri dada berarti latihannya melampaui takaran sehingga perlu
dikurangi dan periksa dokter
F.
Langkah-langkah Sebelum Melakukan Kegiatan
1.
Periksa
diri sebelum latihan
Sebelum memulai latihan perlu lanjut usia memeriksakan diri pada dokter
agar diketahui apakah dilanjut usia tidak dalam keadaan sakit, ataukah selama
latihan tidak akan timbul gangguan pada keshatan lansia
2.
Pemanasan
Sebelum melakukan latihan harus melakukan pemanasan terlebih dahulu maksud
dari pemanasan ini agar bagian-bagian tubuh secara bertahap di persiapkan untuk
melakukan latihan
3.
Takaran
Latihan
Latihan harus dilakukan sesuai dan cukup takarannya agar dapat bermanfaat
bagi kesehatan anda. Ada 3 takaran yang hharus perlu diperhatikan yaitu :
4. Takaran intensitas latihan
Pada lansia takaran intensitas latihan dapat diketahui dengan cara yang
umum digunakan yaitu melalui derajat nadi pada usia 50 – 54 tahun, denyut nadi sasaran
latihan adalah 122 – 148. Usia 55 – 59 tahun denyut nadi saasaran adalah 119 –
143, Sedangkan usia 60 – 65 tahun nadi sasaran 115 – 135.
5. Takaran lamanya latihan
Agar dapat pengaruh baik pada jantung dan peredaran darah, sehinggga
latihan sampai mencapai sasaran latihan selama 20 – 45 menit, sedangkan latihan
yang kurang dari 20 menit kurang bermanfaat.
6. Takaran frekuensi latihan
Frekuensi latihan dalam sebulan paling sedikit 3 kali tetapi akan lebih baik
bila dilakuka sebanyak 4-5 kali.
I.
KEBUTUHAN
NUTRISI PADA LANSIA
A.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kebutuhan Gizi
Pada Lansia
1. Berkurangnya kemampuan
mencerna makanan akibat
kerusakan gigi atau ompong.
2. Berkurangnya indera
pengecapan mengakibatkan penurunan
terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit.
3. Esophagus/kerongkongan
mengalami pelebaran.
4. Rasa
lapar menurun, asam lambung menurun.
5. Gerakan
usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6. Penyerapan
makanan di usus menurun.
B.
Masalah
Gizi Pada Lansia
1. Gizi
berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak
terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar. Kebiasaan
makan banyak pada
waktu muda menyebabkan
berat badan berlebih, apalai
pada lansia penggunaan
kalori berkurang karena
berkurangnya aktivitas fisik.
Kebiasaan makan itu sulit
untuk diubah walaupun disadari
untuk mengurangi makan. Kegemukan
merupakan salah satu
pencetus berbagai penyakit,
misalnya : penyakit jantung,
kencing manis, dan darah tinggi.
2. Gizi
kurang
Gizi kurang sering
disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan
penyakit. Bila konsumsi
kalori terlalu rendah
dari yang dibutuhkan menyebabkan
berat badan kurang dari normal. Apabila hal
ini disertai dengan
kekurangan protein menyebabkan
kerusakan-kerusakan sel yang
tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap
penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3. Kekurangan
vitamin
Bila konsumsi buah dan
sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein dalam
makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering,
penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
C.
Pemantauan
Status Nutrisi
1. Penimbangan
Berat Badan
a. Penimbangan
BB dilakukan secara teratur minimal 1
minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5
Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap
kelebihan berat badan dan penurunan
berat badan lebih
dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa
:
Rumus : Berat badan
ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk
wanita dengan TB
kurang dari 150
cm dan pria
dengan TB kurang dari 160 cm,
digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB
dalam cm – 100
Jika BB lebih dari
ideal artinya gizi berlebih
Jika BB kurang dari
ideal artinya gizi kurang
2. Kekurangan
kalori protein
Waspadai lansia
dengan riwayat :
Pendapatan yang kurang,
kurang bersosialisasi, hidup sendirian,
kehilangan pasangan hidup
atau teman, kesulitan mengunyah, pemasangan
gigi palsu yang
kurang tepat, sulit
untuk menyiapkan makanan, sering
mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang,
makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera. Karena hal ini dapat menurunkan asupan
protein bagi lansia,
akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.
3. Kekurangan
vitamin D
Biasanya terjadi pada
lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang
mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk
olahannya.
D.
Perencanaan
Makanan Untuk Lansia
Perencanaan makan secara umum
1. Makanan
harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari :
zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu diperhatikan
porsi makanan, jangan
terlalu kenyang. Porsi
makan hendaknya diatur merata dalam
satu hari sehingga
dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu :
Pagi : Bubur ayam
Jam 10.00 : Roti
Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya
Jam 16.00 : Nagasari
Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes
ikan, pisang
3. Banyak
minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang
terlalu asin akan memperingan kerja
ginjal serta mencegah
kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4. Batasi makanan
yang manis-manis atau
gula, minyak dan
makanan yang berlemak seperti
santan, mentega dll.
5. Bagi
pasien lansia yang prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a. Makanlah
makanan yang mudah dicerna
b. Hindari
makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan
c. Bila kesulitan mengunyah karena
gigirusak atau gigi
palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau
dicincang
d. Makan
dalam porsi kecil tetapi sering
e. Makanan selingan
atau snack, susu,
buah, dan sari
buah sebaiknya diberikan
6. Batasi minum
kopi atau teh,
boleh diberikan tetapi
harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang gerakan
usus dan menambah nafsu makan.
7. Makanan
mengandung zat besi
seperti : kacang-kacangan, hati,
telur, daging rendah lemak,
bayam, dan sayuran hijau.
8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan
cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng
Perencanaan
makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna .
Untuk
mengurangi resiko konstipasi dan hemoroid :
1. Sarankan untuk
mengkonsumsi makanan berserat
tinggi setiap hari,
seperti sayuran dan buah-buahan segar, roti dan sereal.
2. Anjurkan pasien
untuk minum paling sedikit
8 gelas cairan
setiap hari untuk melembutkan feses.
3. Anjurkan untuk
tidak menggunakan laksatif secara
rutin , karena
pasien akan menjadi tergantung
pada laksatif.
E.
Cara
Memberi Makan Melalui Mulut (Oral)
1. Siapkan
makanan dan minuman yang akan diberikan
2. Posisikan
pasien duduk atau setengah duduk.
3. Berikan
sedikit minum air hangat sebelum makan.
4. Biarkan pasien untuk mengosongkan mulutnya
setelah setiap sendokan.
5. Selaraskan kecepatan
pemberian makan dengan
kesiapan pasien, tanyakan pemberian makan terlalu cepat atau
lambat.
6. Perbolehkan
pasien untuk menunjukkan perintah
tentang makanan pilihan pasien yang ingin dimakan.
7. Setelah
selesai makan, posisi pasien tetap dipertahankan selama ± 30 menit.
F.
Prinsip
Pemberian Makan Melalui Sonde (Ngt)
Pemberian makan
melalui sonde ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yang memiliki masalah dalam
menelan dan mengunyah makanan, seperti pada pasien-pasien stoke. Adapun prinsip
pemberiannya adalah sebagai berikut :
1. Siapkan
makanan cair dan minuman hangat
2. Naikkan
bagian kepala tempat tidur 30 – 45 derajat pada saat memberi makan dan 30 menit
setelah memberi makan.
3. Bilas
selang sonde dengan air hangat terlebih dahulu.
4. Pastikan tidak
ada udara yang masuk
ke dalam sonde
pada saat memberi makan atau air.
Pastikan pula selang dalam keadaan tertutup selama tidak diberi makan.
5. Periksa
kerekatan selang, jika selang longgar beritahu perawat.
6. Laporkan
adanya mual dan muntah dengan segera.
7. Lakukan perawatan kebersihan mulut dengan
sering.
G.
Contoh
Bahan Makanan Untuk Setiap Kelompok Makanan
1. Bahan
makanan sumber karbohidrat (zat energi) : Nasi, bubur beras, nasi jagung,
kentang, singkong, ubi, talas, biskuit, roti , crakers, maizena, tepung beras,
tepung terigu, tepung hunkwe, mie, bihun.
2. Bahan
makanan sumber lemak (zat energi) : Minyak goreng, minyak ikan, margarin,
kelapa, kelapa parut, santan, lemak daging.
3. Bahan
makanan sumber protein hewani : Daging sapi, daging ayam, hati, babat, usus,
telur, ikan, udang.
4. Bahan
makanan sumber protein nabati : Kacang ijo, kacang kedelai, kacang merah,
kacang tanah, oncom, tahu, tempe.
H.
Prinsip
Lima Benar Pemberian Obat Oral
1. Benar
obat : obat yang diberikan harus sesuai dengan resep dokter.
2. Benar
dosis : jumlah obat yang diberikan tidak dikurangi atau dilebihkan. Penting
diingat jenis obat antibiotik harus diberikan sampai habis.
3. Benar
pasien : Pastikan obat diminum oleh pasien yang bersangkutan.
4. Benar
cara pemberian yaitu melalui oral : berikan obat melalui mulut atau sonde.
5. Benar waktu
: Pastikan pemberian
obat tepat pada
jadwalnya, misalnya 3
x 1 berarti obat diberikan setiap
8 jam dalam 24 jam ; jika 2 x1 berarti obat diberikan setiap 12 jam sekali.
BACA JUGA ARTIKEL BERIT